Hari Valentine sudah tiba, saatnya bersayang-sayangan sama pasangan. Kasih cokelat, kasih bunga, kasih ucapan romantis. Tapi jangan kasih ledekan tersadismu ke teman yang belum punya pasangan atau gebetan.
Toh, nggak ada salahnya juga menjomblo. Jadi jomblo itu bukan kriminal dan sejauh ini, walaupun anggota dewan yang terhormat lagi doyan bikin RUU, belum terdengar lontaran ide dari mereka untuk bikin RUU Perjombloan.
Coba bayangkan kalau RUU Perjombloan beneran ada, bisa habis stok kreativitas anak muda. Jomblo itu manusia super kreatif. Mereka memiliki imajinasi yang tinggi. Lagipula, kalau sekadar mengingatkan merayakan Valentine, nggak perlu sama pasangan atau gebetan. Serius!
Menurut Good Housekeeping, penerima kartu Valentine yang paling umum adalah guru. Orang-orang juga membeli banyak kartu untuk anak-anak dan ibu mereka, dan sembilan juta orang Amerika menghabiskan uang untuk hewan peliharaan mereka.
Tuh!
But, wait! Amerika??
Itu kan negara barat bin liberal, buat apa dijadikan referensi? Lah kan perayaan Valentine memang impor dari luar.
Tanggal 14 Februari semula dikenal sebagai hari raya Santo Valentine, seorang imam suci Katolik yang dieksekusi mati oleh Kaisar Romawi Claudius II, tepat pada tanggal tersebut sekitar abad ketiga Masehi.
Santo Valentine adalah seorang imam yang menikahkan pasangan-pasangan muda. Hal ini bertentangan dengan kebijakan Claudius yang melarang pernikahan untuk pria muda, karena Claudius berpikir mereka adalah prajurit yang lebih baik ketika mereka tidak terikat hubungan percintaan.
Maka, dihukum mati lah Santo Valentine dan untuk mengenangnya muncul Hari Valentine yang disebut juga sebagai Hari Kasih Sayang.
Jadi, jelas dong kalau itu bukan budaya kita.
#valentinebukanbudayakita, budaya kita itu adalah nikah muda ga pake perencanaan finansial terus kalau miskin dan anaknya sakit nyalahin pemerintah.
— hanyur (@menghanyurkan) February 13, 2019
Tapi tenang, kita ini sebetulnya bangsa yang sangat berbudaya. Kalau memang perayaan Hari Kasih Sayang bukan budaya kita, masih banyak kok varian budaya lain yang bisa dibanggakan!
#valentinebukanbudayakita budaya kita adalah
~Sambat
~Chat di read doang
~Cemburu tapi bukan siapa2nya
~Deket banget iya tp jadian kagak
~Nagih utang ke temen malah galakan dia
~Keluar alpamaret ujug2 ada kang parkir padahal tadinya ga ada
~Ngayal pengen kaya tp ga pake kerja— 奇跡の世代 (@akashisedai) February 13, 2019
Budaya kita adalah… di grup WA alumni, ketemuan yuuuk. Trus reply ramai, ayo… ayo… ayo…. kapan? Trus seminggu sepi.
— Kokok Dirgantoro (@kokokdirgantoro) February 12, 2019
#ValentineBukanBudayaKita
Budaya kita adala: di depan puk puk temen,di belakang menikam 🔪 🔪— ~WiniY~ (@VeyWiniy) February 13, 2019
#valentinebukanbudayakita budaya kita adalah pic.twitter.com/VXv8FfNNVD
— qasimin (@mememekanlirik) February 13, 2019
Budaya kita itu:
– Nikahan sederhana dinyinyirin
– Nikahan mewah dibilang pamer
– Belum hamil dibilang mandul
– Hamil cepet dicurigain
– Baper sesederhana di Aku-Kamu in
– Lagi sayang²nya tiba² ditinggalin
– move on 1 tahun gagal karena di hai in— AU AH (@fitriaugustin) February 13, 2019
Baiklah, #valentinebukanbudayakita, tapi jangan budayakan juga kebiasaan teriak-teriak menakuti orang yang berbeda agama seolah Tuhan cuma mampu mengurus pemeluk satu agama saja.
— Zulfikar Akbar (@zoelfick) February 13, 2019
Budaya kita, nyari pekerja profesional dengan harga anak magang. pic.twitter.com/w6Yq3MrocS
— Ku adalah (@feel_dubs) February 13, 2019
#valentinebukanbudayakita budaya kita adalah penuhin kranjang online shop tapi ga pernah dibeli pic.twitter.com/WyZWBxRmFE
— IML (@asudahlaah) February 13, 2019
Valentine bukan budaya kita, Budaya kita itu menjatuhkan orang yang berbeda pilihan.
— Nurhadi – Aldo (@nurhadi_aldo) February 13, 2019
Eh tapi, rasanya kok hambar juga ya, kalau nggak merayakan Hari Kasih Sayang. Sebab, sayang itu kan universal. Apakah budaya kita tak mengenal kasih sayang? Lantas apa? Nge-julid? Baiqlaa…
Padahal ya, Mahatma Gandhi pernah bilang, “Tidak ada budaya yang dapat hidup, jika mencoba untuk menjadi eksklusif.”
Eh, tapi Gandhi kan orang India. Ah siyaaaap…