Jagat dunia maya, khususnya di Twitter, sempat heboh oleh nama Bu Dendy. Namanya tiba-tiba melesat ke urutan nomor satu trending topic Indonesia.
Masanya Dilan sudah lewat. Masa-masa rindu itu berat kini sudah digantikan oleh, “Nyoh duit, Nyoohh.”
Nama Bu Dendy menjadi viral setelah aksi rekaman videonya tersebar. Video itu menampilkan sosok perempuan yang sedang duduk menunduk. Ia dimaki-maki dengan kata-kata hinaan dalam bahasa Jawa.
Tak hanya itu, wajah dan tubuhnya juga dilempari uang lembaran Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu dalam jumlah yang sangat banyak.
Udah gak jaman PELAKOR di jambak-jambak rambutnya di tengah mall.
SEKARANG JAMANNYA PELAKOR DISAWER DUIT SEKARUNG! 😂😂😂
Anjir lah duitnya banyak banget 😭 pic.twitter.com/qXhD5H8EL5
— Simpenan Pejabat (@BanyuSadewa) February 19, 2018
Reaksi pun bermunculan dari warganet. Tentu saja, bukan warganet namanya jika tidak memberikan reaksi yang unik menyambut segala hal yang viral.
Beragam cuitan muncul, mulai dari yang ingin dapat uang dari Bu Dendy meski harus mencari masalah dengannya, hingga yang pura-pura dapat uang dari Bu Dendy seperti Bude Sumiyati.
Terima kasih bu Dendy pic.twitter.com/0ZvZa8jAF0
— Bidadari (@BudeSumiyati) February 20, 2018
Pekerjaan paling diminati di 2018 :
-Pebisnis Online
-Youtuber
-Perebut Suami Bu Dendy— c a n t i (@spesdelune) February 20, 2018
Punya masalah keuangan ? Cari perkara sama Bu Dendy gih.
— Rendy PAS (@RendiPAS) February 20, 2018
LEMPARI AKU DENGAN UANG BU DENDY!!
LEMPAR!!!
— Hoya 🌞 (@dewahoya) February 20, 2018
Bu Dendy, tolong maki-maki sambil sambit aq pakai uang sekarung tq
— Alexander Thian (@aMrazing) February 20, 2018
Kemudian muncul juga cuitan yang menduga-duga siapa dan bagaimana kehidupan Bu Dendy. Sampai pada prediksi apa yang akan dilakukan olehnya dalam beberapa keadaan.
Masa kecil bu dendy pic.twitter.com/0lcbyLc2tR
— SEDANG MENANGIS (@TUKANGCUKURrpw) February 20, 2018
Bu Dendy mengajarkan kepada kita bahwa dunia itu fana.
— NU Garis Lucu (@NUgarislucu) February 20, 2018
Bu Dendy didatengin tim uang kaget. Bu Dendy duduk manis di rumah, presenternya yang lari-lari belanja.
— Amedio Banderas (@dioxjep) February 20, 2018
dari bu dendy kita belajar, uang memang tidak dibawa mati tapi dibawa buat nyawer pelakor
— renné nésa (@makmummasjid) February 20, 2018
bu dendy kalo abis narik duit di atm, yg dilecekin trus dibuang ke tong sampah duitnya
— laughing on the outside~ crying on the inside~ (@fhaizaufi) February 20, 2018
Kemunculan Bu Dendy seakan menjadi pengalihan fokus bagi warganet yang merasakan suasana bosan pada politik, yang hampir setiap waktu selalu diperbincangkan di media sosial.
Kayaknya semua lawakan, bentar lagi pasti uda ada yang: “lama-lama eneg liat Bu Dendy seliweran di TL…”
Lalu TL isinya politik.
Dan ybs komplen: “Lama-lama eneg liat TL isinya politik mulu. Nda ada joke apa gitu.”
Lalu TL kembali diisi Bu Dendy.
— @victorkamang (@victorkamang) February 20, 2018
Bahasan mengenai ‘pelakor’ memang selalu bikin heboh. Padahal, istilah ‘pelakor’ yang digunakan secara serampangan hanya merugikan perempuan, meski perselingkuhan dilakukan secara sadar antara laki-laki dan perempuan. Istilah itu seharusnya tidak relevan.
Yang lebih parah, dari beberapa kasus ‘pelakor’ sebelumnya, kerap disertai kekerasan fisik. Namun, dalam kasus yang melibatkan Bu Dendy, ini menjadi sesuatu yang tidak biasa. Tapi, lagi-lagi, tetap saja perempuan yang disudutkan.
Meski sebagian netizen menganggap video tersebut sebagai hal yang lucu, tapi sadarkah kita bahwa secara tidak langsung hal ini sebenarnya mempromosikan bentuk kekerasan terhadap perempuan?
Istilah ‘pelakor’ yang digunakan merupakan bentuk cerminan dari perspektif masyarakat akan stigma negatif dari perempuan sebagai penggoda.
Soal pelakor … bolehkah aku berpendapat, kok sepertinya yang lebih disalahkan itu hanya perempuan yang merebut. Laki-laki yang mau direbut juga salah lho.
Seniat apapun perempuan yang mau merebut, kalau laki-lakinya enggak meladeni ya enggak bakal berlanjut to?
— Adjie Santosoputro (@AdjieSanPutro) February 20, 2018
“Bu Dendy” adalah dasar gunung es bagaimana bangsa ini melihat urusan “publik” dan “privat”.
Apa puncak gunung es-nya?
Negara mengurusi moralitas individu, sementara yang publik seperti infrastruktur, akses air, tanah, atau energi diserahkan kepada pasar, dibuat semakin privat
— Dandhy Laksono (@Dandhy_Laksono) February 20, 2018
Padahal, kalau bicara soal perselingkuhan, seharusnya kan ada dua pihak yang salah. Si pasangan dan orang ketiga. Kalau salah satu saja dari mereka tidak meladeni, perselingkuhan itu tidak akan terjadi toh?
hari gini ribut2 kebanyakan seperti ini.
kamu ama pacar janjian ga makan nasi padang.
pacar diam-diam makan nasi padang.
yang dimarahin nasi padangnya.
— kaosmos (@gastronomicolon) February 19, 2018
Meski fenomena Bu Dendy ini lucu, tapi kita sebaiknya berhati-hati dalam menyikapi kasus ini dan kasus serupa yang mungkin terjadi pada kemudian hari. Jangan sampai kita secara tidak sadar sebenarnya sedang melanggengkan diskriminasi terhadap perempuan.
Love you all…