Pernah beredar sebuah meme di media sosial. Di situ digambarkan seseorang tenggelam, sementara di sampingnya – alih-alih menolong – orang-orang malah sibuk mengambil gambar. Di bagian atas meme tersebut terdapat tulisan: “People Nowadays”.
Belum lama ini, kecelakaan maut terjadi di kawasan Tanjakan Emen, Jalan Raya Bandung-Subang, Ciater, Subang, Jawa Barat. Ada 56 orang korban dalam tragedi berdarah ini. Sedikitnya 27 di antaranya dinyatakan meninggal dunia.
Di balik kejadian nahas tersebut, terungkap sebuah kenyataan yang seharusnya membuat kita semua merasa sedih dan malu. Bagaimana tidak, ternyata kita memang sedang hidup dalam keadaan seperti meme yang beredar itu.
Seorang korban selamat bernama Karmila menjadi narasumber acara Hitam Putih Trans7. Dalam acara yang dibawakan oleh Deddy Corbuzier tersebut, Karmila mengisahkan, saat dirinya berhasil keluar dari bus, dia melihat banyak orang yang mendokumentasikan insiden tersebut.
Dia ingin meminjam ponsel salah satu orang yang merekam kejadian tersebut untuk menghubungi keluarganya. “Kayaknya dia pura-pura gak lihat saya,” tuturnya.
Wanita berjilbab hitam itu akhirnya berdiri dan sekali lagi meminta izin untuk meminjam ponselnya. “Dia bilang gak ada pulsa bu, ga ada sinyal bu. Toh, kenapa dia bisa nge-shoot, semua di-shoot. Malah saya yang diviralin sama dia, kan?” tutur Karmila.
Karmila mengaku sakit hati dengan kelakuan orang-orang yang mendokumentasikan dirinya tapi tidak mau membantunya. “Sampai orang turun dari mobil, nge-videoin gitu,” katanya.
Warganet pun mengecam fenomena merisaukan ini. Pemegang akun Twitter @giewahyudi, menunjukkan kegeramannya.
Miris baca cerita korban kecelakaan di Tanjakan Emen beberapa hari lalu.
Warga sekitar ga mau nolong, malah sibuk merekam. Saat dipinjami handphone untuk menghubungi keluarga, mereka menolak dengan alasan ga punya pulsa dan baterai habis. Tapi tetep terus merekam. 😠😠😠 pic.twitter.com/kyt7AqpUuX— Gie Wahyudi (@giewahyudi) February 14, 2018
Ribuan akun me-retweet, ratusan akun memberikan like. Tampaknya, ada banyak warganet yang merasakan kegeraman yang sama.
Kebiasaan judgmental orang Indonesia sih. Bantu nggak, ngejudge iya. Judge lebih penting drpd ngbantu. Jd inget pas kuliah dulu ad temen bikin campaign “jangan tontonin kecelakaan”
— 조승훈 (@DevilChild1300) February 16, 2018
relate to this 🙁 pic.twitter.com/fipSMPeFqa
— Rizki Ofiani 🐰 (@rizofi) February 14, 2018
Dari tweet @giewahyudi ini, muncul kisah-kisah serupa. Menyedihkan dan membelalakkan mata. Bahwa ternyata kejadian semacam ini telah terjadi berkali-kali di berbagai tempat.
Pemilik akun twitter @Dadbosco menceritakan pengalamannya saat mengalami kecelakaan di jalan tol. Ia meminta pertolongan kepada mobil-mobil yang melintas namun kebanyakan hanya melintas saja.
Jadi inget pengalaman pribadi saya.
Travel yg saya tumpangin kecelakaan di jalan tol pas tengah malam, di mobil ada 4 penumpang plus 1 supir.
Supir dan 1 penumpang terjepit di bagian dpn mobil, sy dan 2 penumpang lain berusaha keluar mobil
Dan cm sy yg bisa berdiri saat itu https://t.co/M0tjE2aIuu— Dad Bosco (@Dadbosco) February 14, 2018
Saya teriak2 minta tolong sm mobil2 yg lewat, dgn kondisi jalan yg ramai ga ada satu pun mobil mau berenti
Sampai akhirnya ada 1 bis yg berenti tp hanya ditumpangi si supir dan istrinya
Mrk bantu kita seadanya, dan ga lama dr itu br ada 1 mobil yg berenti jg— Dad Bosco (@Dadbosco) February 14, 2018
Ga tau kemana hati nurani orang yg di dalam mobil2 yg ga mau berenti tadi
Mgkn mrk cm sibuk mendokumentasikan kecelakaan kami atau takut terlibat atau jadi saksi ?
Ya cukup tau saja ternyata masyarakat kita mmg msh kurang peduli dgn kesusahan org lain
— Dad Bosco (@Dadbosco) February 14, 2018
Kisah serupa juga diceritakan pula oleh pemilik akun @leangleangmand1. Keponakannya mengalami kecelakaan di jalan raya. Salah seorang pemuda yang berada di dekatnya tak mau membantu dengan alasan repot dan takut berurusan dengan polisi.
Tpi tuh org termasuk pemuda tadi masih asyik rekam dan ngelihatin ponakan saya. Saya nunggu ambulance san masuk igd. Ponakan saya mengalami retak tengkorak dan koma 2 hari. Saya jagain dia. Dan ada hal yg luar biasa.
— leangleangmandi (@leangleangmand1) February 14, 2018
Pada hari ketiga saat ponakan saya sudah siuman. Tuh cowok masuk ugd krna terkena serangan jantung rinfan dan bersebelahan dgn ponakan yg saya jaga. Pas ortunya jenguk dia dan ortunya pingsan,eug yg nolongin dan kebetulan pemida ini uda bisa pulih. Dia cuma bisa nunduk.
— leangleangmandi (@leangleangmand1) February 14, 2018
Beragam kisah bermunculan di Twitter. Bahkan ada seseorang yang bercerita, ibundanya mengalami kecelakaan dan di TKP orang malah sibuk mendokumentasikannya. Yang lebih membuat geram dan menyesakkan dada, usai pemakaman beredar foto sang ibu yang baru tertabrak. Dia merasa hatinya hancur dua kali.
Ahli psikologi dari Universitas Indonesia Hamdi Muluk pernah menuturkan, penjelasan yang masuk akal dari fenomena ini adalah efek bystander (bystander effect) dan diffusion of responsibility. Keduanya merupakan istilah psikologi sosial ketika orang tidak membantu dalam situasi darurat, jika ada saksi lain yang hadir.
Ini namanya bystander effect. Walau nda megang hape/ngerekam pun terkadang masyarakat dalam jumlah banyak cenderung ‘malas’ untuk bantuin karena berpikir ada orang lain yg akan maju utk nolongin. Singkatnya pada mikir: ah ntar jg ada yg nolongin
— MeiLan (@meilancholia) February 14, 2018
Selain itu, dalam beberapa kejadian, ada juga ketakutan untuk terlibat lebih jauh. Keengganan ini muncul karena takut berurusan dengan polisi, rumah sakit, bahkan karena takut ikut menanggung biaya.
Saya Dan istri pernah nolong seorang iBu Naik sepeda yg habis ditabrak motor tiger. Kepala si ibu bocor, Dan yg nabrak juga msh syok. Karena kami yg aktif ngecek kondisi si ibu Dan coba Cari kendaraan buat bawa si ibu ke R.S, malah warga sekitar yg marah2 ke kami..
— chrysantus (@oktaBOR) February 15, 2018
Disangka kami yg nabrak. Lah padahal kerumunan warga cuma bisa nonton doang.. giliran nolong malah disangka yg nabrak. Untung ga digebukin duluan.. hehe
— chrysantus (@oktaBOR) February 15, 2018
pernah bossku dari jerman, nolong pemotor yg tiba2 nabrak mobilnya bossku dr belakang, kepalanya berdarah dan motornya rusak. sama bossku ditolong, dibawa ke RS malah disuruh bayar biaya RS, udah gitu dianterin pulang ke rumahnya malah diminta duit ganti rugi.. bossku bengong
— Fingo ~ cebong asli (@liongfingo) February 15, 2018
di Indonesia, kalo bawa korban tabrakan ke RS apalagi dlm keadaan tdk sadarkan diri, bisa2 yg bawa disuruh bayar biaya RS, klo dibawa ke kantor polisi malah dituduh yg nabrak. Jadi serba salah, mau nolong malah buntung…
— Fingo ~ cebong asli (@liongfingo) February 15, 2018
Bagaimanapun, dalam keadaan seperti ini kita harus tetap concern untuk tidak memperparah kondisi dengan mendewakan sense of publicity. Menjadi orang yang ikut berlomba-lomba paling dulu merekam.
Manusia dan era digital memang punya perilaku yang kontraproduktif. Mari kita hindari kelakuan seperti ini dengan lebih mengedepankan sense of humanity dibanding sense of publicity.
Well, gue bersyukur sekali saat saya mengalami kecelakaan tunggal, banyak orang yang menolong. Sungguh disayangkan hal tersebut terjadi. Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua.
— 🥨 (@yudistirop) February 15, 2018