Rocky Gerung mengeluarkan pernyataan mengenai ‘kitab suci fiksi’. Pernyataan tersebut muncul dalam acara televisi Indonesia Lawyers Club (ILC) yang ditayangkan pada 10 April 2018.
Pernyataan ini langsung menjadi bahan perdebatan di media sosial.
Tuhan menciptakan fiksi, supaya manusia berimajinasi. #BerbagiPagi
— Rocky Gerung (@rockygerung) April 11, 2018
Pada acara tersebut, Rocky berkata, “Waktu kita sebut fiksi, di kepala kita itu adalah fiktif. Fiction itu kata benda, yaitu literatur, selalu ada pengertian literatur dalam kata fiksi. Tapi karena dia diucapkan dalam forum politik, maka fiksi dianggap buruk.”
Lebih lanjut, Rocky menjelaskan pernyataannya itu. “Fiksi itu sangat bagus. Dia adalah energi untuk mengaktifkan imajinasi, itu fungsi dari fiksi. Jadi kalau Anda bilang itu fiksi lalu kata itu jadi pejoratif, itu artinya kita ingin anak-anak kita tidak lagi membaca fiksi. Karena dua bulan ini kata fiksi itu jadi kata yang buruk.”
Di Twitter, kata ‘fiksi’ belakangan menjadi salah satu topik yang populer. Spredfast mencatat, dalam 15 jam terakhir, penggunaan kata ‘fiksi’ meningkat hampir 2.500% dengan digunakan lebih dari 21.000 cuitan.
Dari puluhan ribu cuitan tersebut, Voxpop Indonesia coba mengambil beberapa cuitan dari para ahli yang menanggapi pernyataan Rocky Gerung tersebut. Mereka adalah pustakawan, ahli hukum, dosen, pengamat kebijakan publik, dan pengacara.
Pertama, pendapat dari seorang pustawakan idola para luwakwati dan junjungan kita semua: Uda Ivan Lanin. Uda Ivan menjelaskan bahwa “fiksi itu fiktif”. Nomina fiksi dan adjektiva fiktif dapat menghibur atau menipu.
Fiksi itu fiktif. Nomina fiksi dan adjektiva fiktif dapat menghibur atau menipu.
– fiksi: (1) prosa khayalan; (2) pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran.
– fiktif: bersifat fiksihttps://t.co/bWADKFihSV— Ivan Lanin (@ivanlanin) April 11, 2018
Kedua, dari ahli hukum, Prof. Mahfud MD. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini bilang bahwa dirinya menghargai apa yang menjadi pendapat Rocky Gerung. Meskipun, baginya, kitab suci bukanlah fiksi karena kitab suci adalah wahyu Tuhan yang ditanamkan di hati dan dipatrikan di otak orang yang beriman.
Itu pendapat Rocky Gerung, silakan saja. Tapi bagi sy kitab suci bkn fiksi, jauh bedanya. Fiksi itu produk angan2 atau khyalan manusia sedang kitab suci adl wahyu dan pesan Tuhan. Sy meyakini, kitab suci adl wahyu Tuhan yg ditanamkan di hati dan dipatrikan di otak orng yg beriman https://t.co/Dx1AgBjqke
— Mahfud MD (@mohmahfudmd) April 11, 2018
Ketiga, pendapat yang muncul dari Prof. Ariel Heryanto. Dosen yang juga aktif di Twitter ini mengatakan bahwa perbedaan antara fakta dan fiksi itu sendiri adalah sebuah fiksi. Sehingga, keduanya janganlah dipertentangkan.
Perbedaan antara “fakta” dan “fiksi” itu sendiri sebuah fiksi.
Jangan dipertentangkan untuk memuliakan yang satu, atau merendahkan yang lain.
— Ariel Heryanto (@ariel_heryanto) April 10, 2018
Keempat, Andrinof Chaniago. Mantan Menteri PPN/ Kepala Bappenas ini dikenal sebagai seorang akademisi, peneliti, dan pengamat kebijakan publik. Dia bilang, makna baru tentang fiksi yang dibuat oleh Rocky Gerung adalah fiktif. Katanya, unsur fiksi adalah buku, narasi imajinatif dan logis, juga daya tarik.
Makna baru ttg fiksi yg dibuat Rocky Gerung adalah fiktif! Yg nyata, fiksi salah satu jenis buku yg cirinya berisi narasi imajinatif tapi logis sehingga menarik utk dibaca. Ingat, unsur fiksi: buku, narasi imajinatif dan logis, daya tarik.
— Andrinof A Chaniago (@andrinof_a_ch) April 12, 2018
Terakhir, pendapat dari seorang pengacara: Victor Kamang. Dalam hal ini, Victor tidak memberikan pendapatnya tentang apakah fiksi dan fiktif itu hal yang berbeda atau sama.
Lebih dalam lagi, justru Victor mengingatkan para warganet bahwa selama ini sudah banyak orang yang berantem gara-gara fiksi. Sungguh, sebuah pernyataan yang mengajak kita semua masuk dalam renungan yang kontemplatif.
Hmmm…
Banyak loh yang jadi berantem gegara hal fiksi:
– Marvel vs DC
– Star Wars vs Startrek
– Fredy vs Jason
dll— @victorkamang (@victorkamang) April 11, 2018